Akan tetapi, perseteruan kedua negara kian sengit sejak Maduro menjadi penguasa Venezuela pada 2013.
Baca juga: Maduro Bertahan, Serukan Militer Lawan Komplotan Kudeta
Sejak saat itu, Venezuela putus hubungan dengan AS dan negara kaya minyak itu dijatuhi rangkaian sanksi yang berimbas pada rakyatnya serta sejumlah perusahaan terkait pemerintahan Maduro.
Ketika Washington DC menjauh dari Caracas, Presiden Vladimir Putin justru mendekat. Konsekuensinya, Venezuela mulai mendukung Rusia dan sejumlah hal yang diperjuangkan Moskow di ranah internasional.
Para pengamat menilai keterkungkungan Rusia setelah mencaplok Krimea pada 2014 membuat Moskow mencari sekutu di tempat lain.
"Mereka (Moskow) mencari negara-negara yang bersedia berdagang dengan mereka dan itu termasuk Venezuela," ujar Steve Pifer, mantan duta besar AS untuk Ukraina yang kini menjadi peneliti lembaga kajian AS, the Brookings Institution.
Rusia pun meningkatkan perhatian mereka ke Venezuela selagi AS angkat kaki.
Sepanjang satu dekade terakhir, perusahaan minyak Rusia, Rosneft, terlibat lebih jauh pada sektor minyak Venezuela.
Beberapa analis memperkirakan Rosneft dan pemerintah Rusia telah membarter minyak Venezuela dengan pinjaman sekitar USD20 miliar untuk pemerintahan Maduro sejak 2006.
Baca juga: Krisis Venezuela Kembali Memanas Setelah Percobaan Kudeta Gagal
Dobbins memandang Venezuela tidak mampu membayar utang tersebut dan apabila rezim berganti maka Rusia tidak akan mendapat kembali uang mereka.
Apakah semuanya berkaitan dengan minyak?
Maduro beberapa kali mengklaim bahwa AS mencoba mengendalikan cadangan minyak Venezuela.