Kisah Orang-Orang Korea Selatan yang Diperbudak di Tambang Korea Utara

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Jum'at 26 Februari 2021 07:00 WIB
Ilustrasi kisah perbudakan orang Korsel di tambang batubara Korut (Foto: Kim Hye-Sook)
Share :

SEOUL – Organisasi hak asasi manusia (HAM) merilis laporan tentang generasi-generasi tawanan perang Korea Selatan (Korsel) menjadi tenaga budak di tambang batu bara Korea Utara (Korut) untuk menghasilkan uang bagi rezim dan program senjata negara itu.

"Ketika saya melihat budak dibelenggu dan diseret di TV, saya melihat diri saya sendiri," kata Choi Ki-sun. Dia adalah salah satu dari sekitar 50.000 tahanan yang ditangkap oleh Korut pada akhir Perang Korea pada tahun 1953.

"Ketika kami diseret ke kamp kerja paksa, kami berada di bawah todongan senjata, berbaris dengan penjaga bersenjata di sekitar. Apa lagi ini, jika bukan kerja paksa?,” ungkapnya.

Choi (bukan nama sebenarnya) mengatakan dia bekerja di sebuah tambang di provinsi Hamgyeong Utara bersama sekitar 670 tahanan perang lainnya sampai dia melarikan diri. Dia bekerja selama 40 tahun.

Tidak mudah menemukan kisah-kisah dari pertambangan. Mereka yang selamat, seperti Choi, menceritakan berbagai kisah tentang ledakan-ledakan fatal dan eksekusi massal yang terjadi. Mereka mengungkapkan bagaimana mereka hidup dengan jatah minimal sambil didorong untuk menikah dan memiliki anak yang - seperti Choi - kemudian tidak punya pilihan selain mengikuti mereka ke tambang.

(Baca juga: China Klaim Berhasil Entaskan Kemiskinan, Wujudkan "Mukjizat Manusia")

"Bergenerasi orang lahir, hidup dan mati di zona pertambangan dan mengalami jenis penganiayaan dan diskriminasi terburuk sepanjang hidup mereka," jelas Joanna Hosaniak, salah satu penulis sebuah laporan baru berjudul Ekspor Batubara Darah dari Korut, oleh Aliansi Warga untuk Hak Asasi Manusia Korea Utara (NKHR).

Laporan tersebut menguraikan cara kerja tambang batu bara milik negara dan menuduh bahwa kelompok-kelompok kriminal, termasuk Yakuza Jepang, telah membantu Pyongyang menyelundupkan barang ke luar negeri dan menghasilkan jumlah uang yang tak terhitung - satu laporan memperkirakan angkanya mencapai ratusan juta dolar - yang mana dianggap digunakan untuk menopang program senjata rahasia negara itu.

Laporan tersebut berdasar pada pengisahan dari 15 orang yang memiliki pengetahuan langsung tentang tambang batu bara Korut. BBC mewawancarai salah satu kontributor dan kami telah mendengar secara independen dari empat orang lainnya yang mengaku menderita dan melarikan diri dari tambang batu bara Korut. Semua kecuali satu orang meminta kami untuk melindungi identitas mereka agar keluarga mereka yang masih berada di Korut tetap aman.

(Baca juga: Kantor HAM PBB Rilis Laporan Pelanggaran HAM di Sri Lanka)

Korut secara konsisten membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan menolak untuk mengomentarinya. Negara itu menegaskan semua tawanan perang dikembalikan sesuai dengan ketentuan gencatan senjata, dan seorang pejabat pemerintah sebelumnya mengatakan bahwa siapa pun yang memilih menetap ingin "tetap di pangkuan republik".

Tapi Choi berkata ini tidak benar. Dia memberi tahu kami bahwa dia tinggal di dalam kamp berpagar yang dijaga oleh pasukan bersenjata.

Awalnya dia diberitahu bahwa jika dia bekerja cukup keras dia akan diizinkan pulang. Namun akhirnya semua harapan untuk kembali ke Korsel memudar.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya