Bahuguna, yang tumbuh besar di Himalaya, memahami betul sebab akibat itu. Ia menulis bahwa deforestasi menyebabkan erosi tanah yang subur dan mendorong penduduk laki-laki berpindah ke kota untuk mencari pekerjaaan.
Kondisi ini membuat perempuan terpaksa "memikul semua tanggung jawab mencari makanan ternak, kayu bakar dan air, ditambah lagi bertani".
Tak mengherankan jika gerakan Chipko menjadi batu loncatan penting dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
Selama bertahun-tahun, Bahuguna dengan janggut panjang dan bandana, semakin berpengaruh.
Mahasiswa dan perempuan dalam jumlah besar bergabung dalam gerakannya. Mereka menggelar demonstrasi damai, memeluk pohon, dan berpuasa.
Gerakan tersebut membuahkan hasil. Aksi berpuasa pada tahun 1981 mendorong larangan penebangan pohon komersial di Uttarakahand. Dua tahun kemudian, ia berjalan kaki sepanjang 4.000 km di wilayah Himalaya untuk menarik perhatian atas kerusakan lingkungan.
Pada 1992, dia mencukur jenggotnya dan berpuasa sebagai bentuk protes di waduk Tehri, bendungan tertinggi di India. Ia adalah salah satu warga yang kehilangan rumah keluarga karena pembangunan waduk itu.
Aktivis yang tak mengenal lelah itu tak pernah berhenti memberikan ceramah, mengritik kolusi para pejabat kehutanan dan kontraktor swasta dalam membinasakan hutan.
Ketika mantan Perdana Menteri Indira Gandhi ditanya mengenai gerakan yang digagas Bahuguna, ia mengatakan: "Terus terang, saya tidak tahu semua tujuan dari gerakan itu. Tetapi jika untuk mencegah penebangan pohon, saya mendukung sepenuhnya."
Meskipun waktu berubah, simbolsime dari gerakan Bahuguna tetap lestari. Pada tahun 2017, para aktivis di Mumbai memeluk pohon untuk mempertahankan lebih dari 3.000 pohon dari ancaman penebangan untuk pembangunan fasilitas kereta metro .
Bahuguna adalah sosok pertapa yang karismatik, tabah yang memegang prinsip-prinsip Mahatma Gandhi. Ia tinggal di ashram kecil, mengecam kekerasan dan pada dasarnya tidak berpolitik. Ia meyakini sikap mandiri dan "tidak terlalu mengandalkan perdagangan luar negeri". Ia membenci materialisme.
Menurut dia, untuk mengamankan energi dalam "masyarakat permanen dan tidak berbau kekerasan", India perlu memproduksi biogas dari kotoran manusia, memanen tenaga surya, dan tenaga angin serta tenaga air dari aliran sungai. Tingkatkan kemampuan mesin untuk menekan konsumsi energi.