Platform perekrutan itu tidak akan mengatakan untuk siapa iklan itu ditujukan, tapi menurut Pleton, kontraktor keamanan disewa antara Rp431 juta hingga Rp86 miliar untuk membantu memindahkan orang dari Ukraina. Angkanya bisa lebih tinggi untuk seluruh kelompok keluarga yang pergi dengan aset mereka, katanya.
Harga untuk evakuasi tergantung pada kerumitan pekerjaan, menurut Tony Schiena, CEO Mosaic, perusahaan konsultasi keamanan dan intelijen yang bermarkas di AS dan sudah beroperasi di Ukraina. "Ketika ada lebih banyak orang, risikonya semakin tinggi. Anak-anak dan keluarga lebih sulit. Itu semua tergantung pada metode yang kita gunakan".
Misi Mosaic sebagian besar disokong oleh intelijen, bukan senjata, kata Schiena, mantan agen intelijen Afrika Selatan yang petinggi perusahaannya mencakup beberapa mantan pejabat tinggi intelijen AS. Mereka bekerja untuk klien swasta, perusahaan dan PIP - orang-orang yang terpapar politik - untuk membantu mengevakuasi mereka dari Ukraina, sambung Schiena kepada BBC.
Dia mengeklaim "agen intelijen dari negara yang cukup besar" yang ingin mengeluarkan warganya termasuk kliennya.
"Tergantung pada bagaimana konflik itu terjadi, saya kira akan ada permintaan rutin untuk [PMC]," kata Schiena. "Ada kebutuhan yang konstan, dan ketika [perang] meningkat atau menurun, akan selalu ada sesuatu yang harus kita lakukan".
Perusahaan militer dan keamanan swasta sudah ada selama beberapa dekade, tapi mulanya dipicu oleh perang di Irak dan Afghanistan setelah peristiwa 9/11. Mereka bekerja atas nama pemerintah Barat dan kepentingan komersial.
Pada puncak perang Irak, puluhan ribu kontraktor swasta, seperti Blackwater, beroperasi di sana. Tugasnya berkisar dari misi bersenjata seperti perlindungan konvoi hingga memberi makan dan menampung pasukan di pangkalan militer. Blackwater menjadi terkenal karena sejumlah insiden besar, termasuk kematian 14 warga sipil Irak yang ditembak mati oleh kontraktornya di Baghdad pada 2007.