Tapi, dalam praktiknya, garis batasnya menjadi kabur.
"Jika Anda punya keahlian menjadi kontraktor swasta, Anda memiliki keahlian untuk menjadi tentara bayaran. Tidak ada batasan yang jelas di antara keduanya," kata Sean McFate, mantan penerjun payung AS yang kemudian menjabat sebagai kontraktor di Afrika dan tempat lain.
"Itu tergantung pada keadaan pasar dan keputusan masing-masing orang."
"Orang-orang bicara tentang legitimasi dan siapa kliennya. Itu semua tidak penting," tambahnya. "Jika Anda bisa melakukan satu hal, Anda bisa melakukan yang lain".
Proliferasi PMC bisa menyebabkan "kekacauan dan kebrutalan" yang besar, dia memperingatkan.
"Tentara bayaran secara historis memperpanjang konflik demi keuntungan," tambahnya. "Hal itu bisa sampai di abad pertengahan di mana orang super kaya memiliki tentara pribadi, dan saya tidak tahu bagaimana wujudnya."
Contoh perusahaan semacam itu mengambil pendekatan kekerasan pada sebuah konflik, termasuk Executive Outcomes yang berbasis di Afrika Selatan, yang berjuang atas nama pemerintah Angola dan Sierra Leone pada 1990-an.
Sandline International, yang berkantor di London, terlibat dalam konflik di Papua Nugini, Liberia, dan Sierra Leono. Dan anggota kelompok tentara bayaran Rusia disebut berada di Ukraina.
Tapi Simon Mann, mantan perwira pasukan khusus Inggris yang mendirikan Executive Outcomes and Sandline mengatakan kepada BBC bahwa menggunakan kontraktor Barat untuk misi berbau kekerasan di Ukraina "sangat tidak mungkin" dan akan menimbulkan pertanyaan hukum dan organisasi yang rumit.
"Bagaimana [mereka] didanai? Bagaimana perintahnya? Di mana mereka ditempatkan dalam pertempuran di Ukraina? tanyanya. "Apakah mereka terdaftar dalam angkatan bersenjata nasional sebelum operasi dilakukan? Jika tidak, lalu apa posisi hukum mereka? Korban? Perlindungan medis? Asuransi kematian dan cacat?"