Keputusan untuk mendamaikan kedua negara itu sangat baik, karena saat itu berbagai dampak domino terjadi membuat situasi dunia mengalami masalah utamanya bidang ekonomi dan krisis pangan. Menteri Keuangan Sri Mulyani pun sudah memberi warning bahwa paling ketar-ketir menghadapi krisis pangan akibat perang Rusia-Ukraina. Krisis pangan yang sudah ada di depan mata, akan semakin membebani APBN. Padahal, selama 2 tahun ini saja, APBN sudah babak belur dihajar pandemi Covid-19.
Bila dibiarkan perang Ukraina - Rusia ini berlarut dikhawatirkan krisis pangan dan energi akibat ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, akan membuat angka kemiskinan makin bertambah.
Apa saja yang harus dilakukan dan dipelajari Presiden Jokowi dan Kemlu RI untuk mempersiapkan proses perdamaian ini?
1. Mempelajari Perang yang terjadi di Balkan saat ini masuk dalam kategori perang asimetris dari perspektif ilmu Pertahanan. Rusia adalah kekuatan yang superior dan Ukraina adalah kekuatan yang inferior. NATO berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina yang secara geografis berbatasan langsung dengan Rusia.
2. Perbandingan kekuatan militer dan anggaran perang jelas dimiliki Rusia. Di atas kertas Rusia pasti ingin melaksanakan perang dalam waktu secepat-cepatnya sementara Ukraina pasti melancarkan perang berlarut. Antara lain untuk kepentingan NATO intelligence surveillance dan Intelligence device Rusia lebih unggul.
3. Fakta: 40% gas Eropa berasal dari Rusia, 35% paladium AS (bahan baku semikonduktor) asal Rusia, 67% Neon AS (Bahan baku semikonduktor) juga asal Ukraina. Jadi efek dominonya yang paling penting adalah harga pangan impor naik diikuti kenaikan barang-barang lokal + biaya logistik melonjak + harga BBM menanti subsidi yang lebih besar.
Dengan mempelajari hal itu maka kita pun dapat merumuskan konsep perdamaian yang akan diwujudkan. Kita jangan sampai meleset dalam memprediksi siapa yang memenangkan perang tersebut. Sejarah menunjukkan bahwa kekuatan superior seperti Rusia ternyata kalah di Afghanistan. Amerika Serikat juga kalah di Vietnam dan Afghanistan.