Di satu sisi ada KMT, yang ingin meyakinkan Beijing bahwa Taiwan tidak akan mengubah status quo. Di sisi lain terdapat orang-orang seperti Freddy Lim, yang percaya bahwa usaha menenangkan China telah gagal dan satu-satunya jawaban ialah memiliki pertahanan yang lebih kuat.
"Kami sudah berusaha menenangkan China selama beberapa dekade. Itu hanya membuktikan bahwa kami tidak bisa menenangkan mereka," ujarnya.
"Setelah perang Ukraina, jajak pendapat dengan jelas menunjukkan bahwa orang-orang Taiwan mendukung pertahanan yang lebih kuat, terutama generasi muda yang menunjukkan kemauan yang kuat untuk mempertahankan negara kami sendiri,” ungkapnya.
Lim benar bahwa perang Ukraina telah berdampak besar di Taiwan. Akhir pekan lalu di sebuah gedung pabrik yang tidak terpakai, setengah jam perjalanan dari Taipei, saya menyaksikan sekitar 30 anak muda mempelajari keterampilan senjata api dasar.
Senjata-senjata itu bertenaga udara terkompresi, tapi tampak identik dengan yang asli. Perusahaan yang memberikan pelatihan ini dipimpin oleh Max Chiang.
"Sejak Februari jumlah peserta yang bergabung ke pelatihan ini melonjak 50% dan jumlah perempuan yang bergabung sekarang menjadi 40-50% dari beberapa kelas," ucapnya.
"Orang-orang mulai menyadari kenyataan bahwa negara yang lebih kuat dapat menyerang negara tetangganya yang lebih kecil. Mereka melihat apa yang terjadi di Ukraina dan itu menunjukkan apa yang bisa terjadi di sini," ungkapnya.
Di gedung sebelahnya, kelompok lain yang sudah lebih terampil sedang berlatih skenario pertempuran jalanan. Grup ini berkamuflase penuh, dengan pelindung tubuh, helm, dan peralatan komunikasi radio.
Di sebuah meja, Lisa Hsueh mengokang senjatanya. "Kalau ketegangan kami dengan China berujung pada perang, saya akan melindungi diri saya dan keluarga saya. Itulah alasan saya belajar menggunakan senjata," katanya.