Setelah pendudukan Belanda yang relatif singkat (1624-1661), Taiwan diperintah oleh dinasti Qing China dari 1683 hingga 1895. Sejak abad ke-17, sejumlah besar migran mulai berdatangan dari China, yang sering kali melarikan diri dari kekacauan atau kesulitan.
Kebanyakan dari mereka adalah orang China Hoklo dari Provinsi Fujian (Fukien) atau China Hakka, sebagian besar dari Guangdong. Keturunan dari kedua migrasi ini sekarang merupakan kelompok demografis terbesar di Taiwan.
Penjajahan oleh Jepang
Taiwan tidak terlibat perang antara China dan Jepang pada musim panas 1895. Namun, perang tersebut menyebabkan kekaisaran Qing menyerahkan Taiwan dan pulau-pulau Penghu ke Jepang.
Selama Perang Dunia II, Jepang menggunakan Taiwan sebagai basis pementasan untuk penaklukan mereka di Asia Tenggara. Ribuan tawanan perang Sekutu ditahan di kamp tawanan perang di Taiwan yang menyebabkan ratusan orang meninggal karena kekurangan gizi dan terlalu banyak bekerja. Lebih dari 200.000 orang Taiwan bertugas di angkatan bersenjata Jepang.
Ketika Perang Dunia II berakhir di Asia, Tokyo meninggalkan koloninya. Namun hampir 70 tahun kemudian, pengaruh Jepang di Taiwan masih nyata. Bangunan umum era Jepang adalah landmark di Taipei dan di tempat lain, dan ada keterikatan kuat dengan masakan, budaya, dan mode Jepang.