Mazen Ghunaim, Ketua PWA, mengatakan bahwa tanpa intervensi skala besar, kekurangan air akan memicu “bencana kemanusiaan.”
Ghunaim, pada Senin (23/10/2023) mengatakan pasokan bahan bakar Gaza bisa habis dalam waktu 48 hingga 72 jam.
Kekhawatiran terhadap penyakit semakin meningkat. Orang-orang terpaksa mengisi wadah dan menyimpan air untuk menambah persediaan.
Ada secercah harapan pada akhir pekan ini ketika konvoi pertama truk bantuan yang memuat air, makanan, dan pasokan medis memasuki Gaza selatan melalui penyeberangan Rafah, di perbatasan dengan Mesir.
Namun Gaza hanya menerima 60.000 liter air pada hari Sabtu, kata Ghunaim. Untuk memenuhi kebutuhan pokok 2,3 juta orang yang tinggal di daerah kantong tersebut membutuhkan 33 juta liter air setiap hari.
Richard Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza mengatakan upaya pertolongan pertama ini hanya merupakan langkah awal.
Salah satu pasokan penting yang hilang dari konvoi bantuan adalah bahan bakar. Tanpanya, sistem air di Gaza akan hancur.
Peeperkorn mengatakan rumah sakit menghadapi “krisis air dan sanitasi yang akan segera terjadi. Beberapa di antaranya hanya memiliki sedikit air sehingga mereka kesulitan mensterilkan peralatan bedah.
Kellogg Schwab, profesor air dan kesehatan masyarakat di Universitas Johns Hopkins, mengatakan air adalah pengguna energi yang rakus karena sangat berat.
Setiap liter beratnya 1 kilogram (2,2 pon). Menggerakan air “membutuhkan energi yang sangat besar,” terangnya kepada CNN.