Setelah AS memveto resolusi gencatan senjata Aljazair, utusan negara Afrika utara tersebut untuk PBB mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan pesan yang kuat kepada rakyat Palestina dan menyatakan bahwa Dewan Keamanan sekali lagi gagal.
“Ujilah hati nuranimu, bagaimana sejarah akan menilaimu,” kata Amar Bendjama.
Perwakilan Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan veto AS benar-benar ceroboh dan berbahaya.
Kecaman keras juga datang dari sederet sekutu Israel dan AS. Perwakilan Perancis, Nicolas de Rivière, menyatakan penyesalannya bahwa resolusi tersebut tidak diadopsi mengingat situasi bencana di lapangan.
Ini adalah pertama kalinya AS menyerukan gencatan senjata sementara di Gaza di PBB, setelah memveto resolusi sebelumnya dengan menggunakan kata tersebut.
Frank Lowenstein, yang menjabat sebagai utusan khusus AS untuk perdamaian Timur Tengah di bawah Presiden Obama, menyebut langkah tersebut sebagai “perubahan yang cukup signifikan” dalam kebijakan Amerika.
“Apa yang menurut saya paling signifikan adalah apa yang diungkapkan oleh hal ini mengenai tingkat frustrasi pemerintahan Biden terhadap Perdana Menteri Netanyahu dan pemerintah Israel,” katanya kepada BBC World Service.
“Mereka secara konsisten mengabaikan kami dalam hal bantuan kemanusiaan, mengurangi jumlah korban sipil dan sekarang mereka terlibat dalam invasi Rafah yang sangat kami anjurkan untuk dilawan,” lanjutnya.
Lowenstein juga mencatat bahwa Presiden Biden berada di bawah tekanan dari warga Arab-Amerika untuk berbuat lebih banyak guna menghentikan pembunuhan warga Palestina.
(Susi Susanti)