“Kami menyambut baik tuntutan baru untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di Gaza dan khususnya di Jalur Gaza bagian utara, namun kami berharap pengadilan memerintahkan gencatan senjata sebagai solusi mutlak atas semua penderitaan yang dialami rakyat kami di Gaza,” kata Naim kepada Reuters.
Dewan Keamanan PBB pada Selasa (26/3/2024) melakukan pemungutan suara untuk menuntut gencatan senjata segera dan pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat. Amerika Serikat (AS) abstain, namun tidak memveto, pemungutan suara tersebut.
Belum ada komentar langsung dari Kementerian Luar Negeri Israel mengenai keputusan Pengadilan Dunia tersebut. Israel mengatakan pihaknya melakukan upaya untuk memperluas akses bagi kelompok kemanusiaan ke Gaza melalui jalur darat, melalui pengiriman udara dan kapal.
Para pemimpin Israel mengatakan Hamas dapat mengakhiri perang dengan menyerah, membebaskan semua sandera di Gaza dan menyerahkan untuk diadili mereka yang terlibat dalam serangan 7 Oktober.
Tentara Israel mengatakan mereka terus beroperasi di sekitar kompleks Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza setelah menyerbunya lebih dari seminggu yang lalu. Pasukannya telah membunuh sekitar 200 pria bersenjata sejak dimulainya operasi sambil mencegah kerugian terhadap warga sipil, pasien, tim medis, dan peralatan medis.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan pasukan yang beroperasi di rumah sakit tersebut membunuh Raed Thabet, seorang quartermaster Hamas yang dia gambarkan sebagai salah satu dari 10 anggota paling senior kelompok itu.
(Susi Susanti)