Laporan Media: Konsumsi Komoditas China Picu Deforestasi Global

Rahman Asmardika, Jurnalis
Selasa 16 September 2025 12:52 WIB
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
Share :

Di Brasil, khususnya di Cekungan Amazon, permintaan China akan kedelai dan daging sapi menjadi pendorong utama hilangnya hutan. Sebagai gambaran, pada tahun 2022, 96% dari total impor kedelai China datang dari area yang terkait dengan deforestasi. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Uni Eropa yang hanya 55%, menunjukkan dampak China yang tidak proporsional terhadap Amazon. Kondisi ini mengancam upaya Brasil dalam menekan laju deforestasi, meskipun negara tersebut telah menerapkan berbagai reformasi kebijakan dan perlindungan wilayah adat.

Kondisi serupa juga terlihat di Indonesia. Di satu sisi, China berinvestasi pada sektor energi bersih dan infrastruktur melalui BRI. Di sisi lain, tingginya permintaan China akan minyak sawit, kayu pulp, dan bahan tambang menjadi salah satu faktor pendorong deforestasi di Indonesia.

Menurut analisis Traise Earth, kehilangan hutan yang disebabkan oleh perkebunan kelapa sawit di Sumatra meningkat 3,7 kali lipat dalam periode 2020-2022, dengan konsumsi dari China sebagai pendorong utamanya. Posisi China sebagai importir utama minyak sawit Indonesia kini telah melampaui Uni Eropa dan India. Kendati demikian, laporan tersebut menyoroti bahwa implementasi standar keberlanjutan, ketertelusuran rantai pasok, dan akuntabilitas korporasi masih menjadi tantangan di lapangan.

Pola-pola ini mengungkap kegagalan tata kelola yang lebih dalam pada strategi lingkungan China. Partai Komunis China (PKC) telah mengadopsi pendekatan dua jalur: mempromosikan pembangunan hijau di dalam negeri sambil membiarkan rantai pasokan yang merusak lingkungan di luar negeri. Dualitas ini bukan hanya munafik—tetapi juga berbahaya secara struktural. Dengan mengecualikan emisi terselubung dan dampak keanekaragaman hayati dari komitmen iklimnya, China merusak integritas tata kelola lingkungan global. Hal ini menciptakan preseden bagi negara-negara lain untuk mengikutinya, yang berpotensi mengunci dunia dalam siklus janji iklim yang kosong dan titik kritis ekologis yang tidak dapat diubah.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya