“Dalam iklim internasional yang penuh ketidakpastian dan retorika konfrontatif, suara Indonesia yang menyerukan solusi dua negara untuk Palestina dan perdamaian melalui diplomasi adalah penyejuk sekaligus pengingat bagi komunitas global,” beber Sultan.
“Kita menyaksikan bagaimana konflik di satu kawasan dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan keamanan global, termasuk memicu krisis pangan dan energi. Oleh karena itu, komitmen Indonesia untuk tidak memihak pada blok tertentu, namun aktif membangun jembatan dialog, menjadi semakin krusial,” imbuhnya.
Sultan menilai dukungan Indonesia terhadap Palestina tidak bisa dipisahkan dari upaya membangun tatanan dunia yang adil dan menghormati hukum internasional. Menurutnya, konsistensi Indonesia dalam isu Palestina merupakan bagian dari perjuangan melawan politik standar ganda (double standard) yang masih sering terjadi dalam hubungan internasional.
“Prinsip kita jelas, penghormatan terhadap kedaulatan, integritas wilayah, dan penolakan terhadap aneksasi oleh kekuatan mana pun harus ditegakkan tanpa terkecuali. Stabilitas kawasan Indo-Pasifik dan dunia secara keseluruhan bergantung pada kepatuhan kolektif terhadap prinsip-prinsip ini. Kepemimpinan Indonesia di forum-forum multilateral seperti PBB, ASEAN, dan G20 harus terus digunakan untuk menyuarakan hal ini,” tegas Sultan.
“Pidato Presiden Prabowo adalah bukti bahwa Pancasila bukan hanya ideologi domestik, tetapi juga panduan moral bangsa dalam politik luar negeri. Indonesia akan selalu berdiri di garda depan membela kemanusiaan dan perdamaian,” pungkasnya.
(Arief Setyadi )