Pertanyaan besarnya sekarang: apakah Indonesia butuh Kapolri tipe akademis-reformis seperti Rudy? Atau justru butuh yang lebih pragmatis dan action-oriented? Ini perdebatan yang belum selesai, bahkan di kalangan pengamat kepolisian sendiri.
Yang jelas, kalau Rudy terpilih, ini sinyal kuat bahwa kualitas dan kapasitas bisa mengalahkan jalur konvensional. Itu sendiri sudah bentuk reformasi. Tapi apakah cukup untuk menggerakkan institusi sebesar Polri dengan segala kompleksitasnya? Itu pertanyaan yang jawabannya hanya bisa dilihat dalam praktik.
Keputusan ada di tangan Presiden. Dan sejarah membuktikan, dalam pemilihan Kapolri, kejutan bisa datang kapan saja.
(Awaludin)