Zora juga menilai pentingnya upaya preventif oleh lembaga negara seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk mencegah dan melindungi anak-anak dari ideologi radikal di ruang digital. Menurut dia, edukasi dan pelatihan harus menjangkau akar rumput, bukan hanya forum resmi yang terbatas.
“BNPT perlu melakukan pelatihan pada guru, ASN, hingga ibu-ibu atau orang tua mengenai parenting, misalnya melalui Posyandu. Edukasi harus menyentuh akar rumput. Jadi, tidak melulu dilakukan di hotel atau tempat-tempat yang dianggap elite,” pungkasnya.
Sebelumnya, publik digemparkan oleh ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta pada 7 November 2025. Terduga pelaku merupakan siswa sekolah itu. Ia disebut-sebut tertarik pada konten kekerasan dan hal-hal ekstrem. Ia juga belajar merakit bom berdasarkan tutorial di internet.
Adapun BNPT dan Densus 88 mengungkap sebanyak 110 anak berusia 10 hingga 18 tahun diduga direkrut oleh jaringan terorisme. Mereka tersebar di 23 provinsi di Indonesia dan mayoritas rekrutmen dilakukan secara online. BNPT pun mengidentifikasi tiga aktivitas utama jaringan terorisme di dunia maya, yakni propaganda, rekrutmen, dan pendanaan.
(Awaludin)