Rekonsiliasi Obama-Castro
Sepeninggalnya Fidel Castro, kedudukannya dipercayakan kepada adiknya Raul Castro, yang setia menemani perjuangan revolusinya sejak awal. Berangkat dari pergantian kekuasaan pada 2008, hubungan antara AS dan Kuba selangkah demi selangkah membaik.
Puncaknya adalah keterpilihan Barrack Obama. Pada Desember 2014, Obama menjabat tangan Raul Castro dan mengumumkan hubungan bilateral akan dijalin kembali. Hal itu dibuktikan dengan dibukanya kantor kedutaan besar AS di Kuba. Demikian juga sebaliknya pada 20 Juli 2015.
Sebelumnya, ketika pertama kali dinobatkan menjadi presiden pada 2009, Obama juga mencabut pembatasan perjalanan dan pengiriman uang ke Kuba, yang memungkinkan Kuba-Amerika untuk mengirim dana tak terbatas untuk keluarga dan non-anggota keluarga di Kuba, serta mengizinkan perjalanan wisata ke sana untuk tujuan keagamaan dan pendidikan.
Pada Mei 2015, AS semakin merangkul erat Kuba dengan mengeluarkannya dari daftar negara yang mensponsori kegiatan terorisme. Keputusan itu diambil Departemen Pertahanan AS setelah menelusuri bahwa Kuba memang sudah tidak terlibat dalam pendanaan organisasi teroris manapun dan bersumpah tidak akan melakukannya lagi.
Kini, menjelang akhir masa jabatannya selama dua periode, Presiden Barrack Obama seolah ingin mematenkan rekonsiliasi hubungan AS dengan Kuba.
Ia pun merealisasikan janji kampanyenya dengan mendatangi Kuba selama tiga hari, terhitung sejak Minggu 20 Maret 2016. Menjadikannya presiden pertama AS yang menjejakkan kaki di Kuba setelah perang dingin selama 88 tahun.
Sebagaimana diwartakan ABC News, Presiden AS terakhir yang mengunjungi Kuba saat masih bertugas ialah Presiden Calvin Coolidge pada 16 Januari 1928, untuk menghadiri Konferensi Internasional AS ke-6 di Havana.
Pada kesempatan tersebut, Coolidge dan istrinya bertemu dengan Presiden Kuba Gerardo Machado, yang menjabat dari 1925 sampai ia dipaksa menjalani pengasingannya pada 1933.
(Randy Wirayudha)