Beberapa temuan dari Panama Papers yang dipublikasikan kemarin berisi informasi mengenai 72 kepala negara dan mantan kepala negara diantaranya Presiden Argentina Mauricio Macri, Presiden Ukraina Petro Poroshenko, dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud. Beberapa juga mengungkap penggunaan perusahaan offshore milik orang-orang dekat dari Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron dan Presiden Suriah Bashar al Assad.
Meski begitu, kepemilikan perusahaan offshore dan shell company tidak selalu ilegal. Perusahaan-perusahaan ini biasanya bertujuan untuk memberikan pemiliknya kebebasan untuk memiliki aset yang hanya mendapat pengawasan minimal dari pemerintah. Oleh karenanya, bukan berarti pihak-pihak yang namanya tercantum dalam Panama Papers melakukan pelanggaran hukum ataupun melakukan perbuatan tak pantas seperti korupsi.
Laporan yang dipublikasikan kemarin hanyalah sebagian kecil dari data yang bocor, yang bahkan jauh lebih besar dari bocoran kawat diplomatik Amerika Serikat (AS) yang dipublikasikan Wikileaks dan bocoran data milik National Security Agency (NSA) yang diumumkan Edward Snowden pada 2013. Sebagai perbandingan, kawat diplomatik Amerika Serikat (AS) yang diungkap Wikileaks hanya memiliki besar data sekira 1,7 gigabytes
Bocoran kawat diplomatik Snowden sampai hari ini masih terus mengungkapkan cerita-cerita baru sejak pertama kali dipublikasikan, maka bisa dipastikan laporan awal dari Panama Papers ini akan menjadi awal dari berbagai informasi lainnya yang akan muncul.
(Emirald Julio)