CIREBON - Puluhan ribu ton garam petani lenyap tersapu gelombang tinggi atau banjir rob hingga menyebabkan para petambak garam di Kabupaten Cirebon merugi.
Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon, Insyaf Supriadi mengungkapkan, para petambak menyimpan puluhan ribu ton garam di atas tanggul tambak garam (tepi laut). Tempat itu dipilih karena ketiadaan gudang penyimpanan garam.
"Tapi datang rob sepekan lalu dan semua garam habis tersapu air," katanya.
Menurutnya, para petambak sengaja menyimpan garam dengan harapan memperoleh harga yang lebih baik. Dia menjelaskan, pada 2015 produksi garam di Kabupaten Cirebon berlimpah akibat panjangnya musim kemarau.
Namun, rendahnya kualitas garam serta membanjirnya garam impor membuat banyak garam petani yang tak terserap. Pada April 2016, stok garam petani bahkan masih sekitar 130 ribu ton.
Situasi itu diperparah dengan anjloknya harga garam di tingkat petani yang hanya Rp240/kg. Padahal, harga garam kualitas dua yang mereka produksi, berdasarkan HPP seharusnya mencapai Rp550/kg.
Karena itulah, untuk menghindari kerugian petani akhirnya memilih menyimpan garamnya seraya menanti harga meninggi. Dia menyebutkan, biasanya menjelang Idul Adha harga garam akan membaik karena tingginya permintaan garam untuk industri penyamakan kulit sapi atau kerbau.
"Awal Juni ada puluhan ribu ton garam yang disimpan petani," ujarnya.
Sayang, hempasan rob membuat harapan petani kandas. Meski menyedihkan, Insyaf mengungkapkan, kejadian itu merupakan musibah dan ujian Ramadan yang harus dihadapi para petambak.
Dia menambahkan, peristiwa rob sebenarnya biasa terjadi setiap bulan. Hanya, rob yang terjadi seminggu yang lalu tergolong parah mengingat hingga naik sekitar satu meter ke daratan di tepi pantai. Setiap kali rob datang, lahan tambak garam cepat terkikis abrasi.
Pihaknya berharap, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung segera menuntaskan pembangunan breakwater. Dia menyebutkan, areal tambak garam yang belum terlindungi breakwater sepanjang sekitar empat kilometer, terbentang dari Desa Rawaurip hingga Desa Pangarengan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon.
Kondisi itu membuat abrasi akibat rob selalu mengancam areal tambak garam. Tak hanya menyapu seluruh stok garam yang disimpan petani di tepi tambak, rob sepekan lalu juga membuat banyak tanggul jebol di sepanjang jalur industri garam di Kabupaten Cirebon.
"Ini akan menyulitkan petambak garam untuk memulai produksi garam," tandasnya.
Terpisah, Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn mengemukakan, pada 5-8 Juni 2016 di pantai utara Jawa memang terjadi gelombang pasang (rob). Hal itu diakibatkan pengaruh astronomi, yakni posisi bumi, bulan, dan matahari yang berada dalam satu garis lurus (spring tide) yang mengakibatkan naiknya tinggi muka laut.
"Sebenarnya ini siklus rutin bulanan yang normal terjadi. Tapi saat ini bersamaan dengan terjadinya anomali positif tinggi muka air laut di wilayah Indonesia sebesar 15 – 20 cm," terangnya.
(Khafid Mardiyansyah)