Selain membawa serdadu lebih banyak dengan misi “Punitive Expedition” (ekspedisi pemberian hukuman), mereka turut membawa sejumlah jerigen minyak tanah untuk membuat Bekasi jadi lautan api. Desas-desus ini sedianya sudah tercium sebelumnya, sehingga gerilyawan sudah lebih dulu keluar dari Bekasi.
Tinggal tersisa para warga di rumah mereka masing-masing. Pasukan sekutu pun menyisir rumah-rumah warga demi memburu gerilyawan dan memerintahkan warga sipil Bekasi yang saat itu berpopulasi sekira lima ribu jiwa, keluar untuk mengungsi.
“Terlepas dari aksi mereka ini, di situlah gentle-nya (tentara) Inggris. Jadi mereka menyisir rumah-rumah warga untuk cari pemuda (gerilyawan), sementara warga disuruh keluar rumah sebelum rumah-rumah mereka dibumihanguskan,” ungkap penggiat sejarah Komunitas Historia Bekasi (KHB) Beny Rusmawan kepada Okezone.
Tidak puas membakari ratusan rumah dan bangunan mulai dari kawasan Kampung Dua Ratus hingga alun-alun dan beberapa daerah lain, pasukan sekutu turut menghujani Bekasi dengan tembakan-tembakan meriam tank, artileri dan bom-bom dari pesawat.
Meski sudah menyisir dan memaksa warga keluar dari rumahnya, bombardemen dan pemusnahan Inggris pada 13-17 Desember 1945 itu tercatat meninggalkan 14 orang luka-luka di pihak Indonesia. Belum lagi dengan sekira 3.379 warga terpaksa jadi tunawisma.