“Minister, vindt U goed det ik hem Kapitein maak? (Pak Menteri, apakah Anda setuju dia saya jadikan Kapten),” seru Mayjen Didi kepada Menhan Amir Sjarifoeddin dalam bahasa Belanda.
“Oh zeker, zeker (Oh, tentu saja, tentu saja),” jawab Menhan yang hanya mengangguk tanpa menoleh ke Mayjen Didi, sebagaimana dikutip dari buku ‘Kolonel AE Kawilarang: Panglima Pejuang & Perintis Kopassus’.
Ucapan selamat pun dilayangkan sang komandan yang juga memanggil rekan-rekan Kawilarang, untuk turut diberikan pangkat Kapten seperti Kawilarang. Tapi sebelumnya, sang komandan lebih dulu bertanya.
“Dulu, kalian bertiga (Kawilarang, Kusno dan Mokoginta) bertiga satu kelas di KMA atau CORO (Corps Opleiding voor Reserve Officieren/Korps Pendidikan Perwira Cadangan Tentara Hindia Belanda)?,” tanya Mayjen Didi.
“Bukan. Kusno di CORO, Mokoginta di KMA dan Kawilarang satu kelas lebih tinggi di KMA (dari Mokoginta),” jawab mereka yang lantas membuat Mayjen Didi kembali memanggil Kawilarang ke ruangannya.
“Jij was een klas hoger. Je wordt Majoor. Kom mee naar de Minister! (Kamu dulu sekelas lebih tinggi (di KMA dari Mokoginta). Kamu jadi Mayor. Mari ikut saya ke menteri (Amir Sjarifoeddin),” cetus Mayjen Didi.