DEPOK menjadi wilayah di pinggiran Ibu Kota yang perkembangannya termasuk pesat selain Bekasi dan Bogor. Salah satu faktornya adalah Cornelis Chastelein yang bisa dibilang sebagai “pendiri Depok”.
Di abad ke-17, Depok masih berupa hutan. Chastelein-lah yang melakukan “babat alas” alias membuka lahan pertanian dan perkebunan mulai tahun 1696.
Dia pula yang punya sekira 150 budak dari Bali, Makassar, hingga Timor untuk menggarap lahannya di Weltevreden (kini Gambir), Jatinegara, hingga Depok. Sebanyak 150 budak itu pula yang di kemudian hari punya sebutan “Belanda Depok” –sebagaimana yang dibahas artikel sebelumnya.
Siapa sebenarnya Cornelis Chastelein sampai-sampai namanya masih acap kita sebut kalau hendak ke pasar di Jatinegara (Pasar Mester Cornelis)?
Dari penelusuran penulis bersama dua rekan penggiat sejarah, Beny Rusmawan dan Hosea Aryo Bimo, ke Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC), didapati penjelasan bahwa Chastelein adalah pemuda Belanda yang ikut merantau ke nusantara pada medio abad ke-17.
Perantauan Chastelein Muda
Lahir dari keluarga saudagar, Chastelein yang lahir di Amsterdam pada 10 Agustus 1657, melanglang buana ke nusantara dengan Kapal “t Huis van Kleef” pada 24 Januari 1675 dan tiba di Batavia (kini Jakarta) sekira delapan bulan kemudian (16 Agustus 1675).