“Sebenarnya di Depok ini demokrasi sudah ada. Otonomi pun sudah ada. Bhinneka Tunggal Ika juga sudah ada. Kalah Anda tanya saya, saya enggak tahu asalnya suku apa. Ya, Bhinneka Tunggal Ika sudah terjadi di sini sejak dulu,” imbuh Ferdy.
“Baru pada 1952, tanah-tanah di sini dilikuidasi karena statusnya tanah partikelir. Dulu kan semua tanah orang asing, dikembalikan ke pemerintah dan dibayar oleh mereka,” ungkapnya lagi.
Monumen Pembebasan Perbudakan Chastelein
Kini selain rumah pastori dan Gereja GPIB Immanuel, peninggalan tentang Chastelein adalah Monumen Pembebasan Perbudakan yang berada tepat di halaman Rumah Sakit Harapan, Depok. Monumen yang didirikan YLCC walau sempat diprotes Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.
“Monumen itu sudah ada sejak 1914 sebenarnya. Tapi sempat dihancurkan karena di monumen itu ada tulisan (bahasa) Belanda-nya. Tahun 2014 saya yang bangun kembali dengan menyamakan bentuknya seperti dulu,” terang Ferdy.
“Saya waktu awal mau membangun monumen itu lagi, dipanggil sama Pemkot (Depok). Saya jelaskan bahwa ini kan kita bicara sejarah. Agar anak cucu kita tahu sejarahnya bahwa dulu Chastelein itu anti-perbudakan,” tuntasnya.
(Randy Wirayudha)