“Kita dilatih sama M Hasibuan yang dari TKR Laut (Tentara Keamanan Rakyat Laut, kini TNI AL) dan tentara TKR (darat) anak buahnya pak Sambas (Atmadinata, Komandan Batalyon V/Bekasi). Setelah itu ditempatkan di asrama pemuda laskar di Pebayuran,” imbuhnya.
Engkong H Mursal selepas pelatihan Laskar Hisbullah-Sabilillah pimpinan KH Noer Ali, tak luput dari rolling tugas menjaga garis demarkasi (Inggris-TKR) di sekitar Kali Cakung, medio November 1945.
“Kita ya ganti-gantian jaga, gabungan TKR sama laskar jaga Kali Cakung. Kadang dikunjungi langsung pak Sambas, pak Lukas (Kustaryo, Danyon I Sektor Karawang-Bekasi). Ngerubuhin pohon sengon sama pohon kelapa buat barikade,” lanjut engkong Mursal.
“Tapi yang namanya Belanda mah, alatnya lengkap. Gampang buat mereka minggirin barikadenya,” sambungnya lagi seraya penulis membenarkan bahwa yang disebut Belanda itu adalah tentara Inggris, lantaran buat engkong, semua orang kulit putih disebutnya Belanda.
Inggris merangsek ke wilayah republik pasca-kejadian salah satu pesawat mereka jatuh di Rawagatel, Cakung dan penumpangnya tiada yang selamat. Diyakini, mereka yang selamat dicabut nyawanya oleh oknum-oknum petarung republik.
(Baca: NEWS STORY: Bekasi Lautan Api & Gentle-nya Hukuman Inggris)