Seorang mantan Kapten Militer, Kim Joo-il menyebut, permasalahan terkait kelaparan pada narapidana adalah masalah terbesar.
"Saya melihat tumpukan mayat yang meninggal karena kelaparan dibuang tempat umum," kata Kim.
Park Jihyun terpaksa mendekam di penjara setelah kedapatan hendak kabur dari negara tertutup itu menggambarkan, kelaparan yang dialami para narapidana membuat mereka memakan anjing dan ternak milik warga bahkan biji-bijian yang ditemukan dalam kondisi kotor penuh dengan kotoran hewan. Ketika baru saja dijebloskan Jihyun langsung diminta untuk melakukan tes kesehatan.
Park Jihyun. (Foto: Amnesty)
"Wanita yang hamil akan langsung diminta melakukan aborsi atau dikirim ke kamp kerja paksa dan untuk bekerja keras hingga menyebabkan keguguran," terang Jihyun.
Laporan terbaru dari Badan Anti-Perbudakan Internasional juga menunjukkan menyebutkan hal yang senada dengan keterangan para saksi. Para tahanan dilaporkan mendapatkan kekerasan hanya karena alasan sepele seperti berbohong, tidak bekerja cukup cepat dan melupakan kata-kata untuk lagu-lagu patriotik. Laporan tersebut mencatat bahwa lebih dari 90% orang memberi kesaksiannya mengaku mendapati pemukulan atau dipukul saat berada dalam tahanan.
Seorang narapidana lain mengaku dipukul hanya karena ingin ke toilet.
"Aku dipukul satu kali karena aku bertanya kepada salah satu penjaga apakah bisa pergi ke toilet. Ia tidak akan memperbolehkan aku. Tapi aku sangat putus asa sehingga tetap pergi. Aku tertangkap dan dipukul di kepala dengan pistol hingga berdarah, namun tidak mendapat perawatan medis," ungkapnya.
Satu dekade lalu, seorang warga Korut, Lee Soon-ok telah menceritakan kepada Kongres AS bagaimana kejamnya penjara di Korut. Kala itu, ia dipaksa untuk memakan tikus untuk bertahan hidup.
(Rifa Nadia Nurfuadah)