Carrie Lam memperoleh 777 suara dari 1.200 anggota komite elektoral pada Minggu 26 Maret 2017. Namun, sebagian besar warga Hong Kong meyakini, terpilihnya Carrie adalah campur tangan dari China karena mayoritas anggota komite elektoral diketahui sangat pro-Beijing dan pro-kemapanan.
Anggapan tersebut tampak menjadi kenyataan ketika Carrie Lam memilih berbicara dalam bahasa Mandarin daripada dialek Canton yang biasa digunakan di Hong Kong dalam pidatonya. Meski demikian, perempuan berkacamata itu ingin menciptakan harmoni di tengah masyarakat Hong Kong.
Penolakan Beijing untuk memberikan hak pilih universal kepada Hong Kong memicu unjuk rasa selama hampir tiga bulan pada 2014. Sepanjang unjuk rasa, tuntutan untuk memerdekakan diri dari China semakin tumbuh, yang disuarakan oleh aktivis sekaligus pelajar bernama Joshua Wong.
(Wikanto Arungbudoyo)