ROMA – Puluhan siswa di sejumlah wilayah di Italia ditolak untuk masuk sekolah karena tidak mengikuti program imunisasi dari pemerintah. Sebab, batas waktu untuk mengikuti program tersebut sudah habis pada akhir pekan lalu.
Otoritas terkait melarang anak-anak yang tidak diimunisasi untuk masuk ke dalam kelas di taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) di Milan, di wilayah tengah Abruzzo, dan di Pulau Sardinia. Sejumlah kasus mengungkapkan anak-anak itu tidak divaksin karena orangtuanya (ortu) mengikuti gerakan ‘no-vax’.
Kasus menurunnya peserta imunisasi di Italia dalam beberapa tahun terakhir cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, kampanye ‘no-vax’ menyebar secara luas dengan menuding bahwa vaksin dapat mengakibatkan penyakit autis serta vaksinasi adalah plot yang direncanakan kelompok multinasional yang rakus.
Partai Gerakan Bintang 5 yang populis dan kubu sayap kanan anti-imigran, The League, adalah pendukung gerakan ‘no-vax’ dan penentang kewajiban imunisasi. Kedua gerakan politik itu tengah menanjak bahkan berhasil meraih kemenangan dalam pemilihan umum (pemilu) 4 Maret.
Program imunisasi wajib itu dicetuskan Perdana Menteri (PM) Italia, Paolo Gentiloni, pada musim panas 2017. Program tersebut mewajibkan 10 jenis imunisasi serta menjadikannya prasyarat bagi anak-anak untuk dapat masuk sekolah.