5. Kami Dilecehkan di Depan Wartawan
Setelah Fredrich mengundurkan diri sebagai kuasa hukum Setya Novanto, secara mengejutkan KPK menahan dirinya terkait kasus merintangi penyidikan terhadap mantan kliennya tersebut. Proses persidangan terus digelar untuk mengadili kejahatan yang diduga dilakukan oleh Fredrich.
Namun, bukan Fredrich namanya jika tidak bertindak nyeleneh. Dia mengatakan bahwa merasa dilecehkan karena harus memakai rompi tahanan KPK saat proses persidangan. Dia menilai bahwa statusnya sebagai tahanan dadalah tahanan hakim dan bukan tahanan KPK.
“Kami kan secara hukum, resmi tahanan majelis hakim, tahanan pengadilan. Tapi kami dilecehkan di depan wartawan supaya terlihat tahanan KPK. Ini kan pelecehan hak asasi terhadap hak asasi dan martabat saya,” ujar Fredrich dalam sidang di pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis 22 Februari 2018.
6. Ikan Lele dan Mujair Itu Dibesarkan dari Kotoran
Pada proses persidangan kasusnya, lagi-lagi Fredrich melontarkan hal aneh di depan publik. Dia mengakui bahwa menu makanan ikan mujair dan ikan lele tidak sesuai dengan seleranya selama menjadi tahanan KPK. Fredrich pun menambahkan lebih suka makan mie instan dibandingkan harus makan kedua ikan yang dianggapnya berkembang biak dari kotoran.
“Ya kadang saya dikasih ikan mujair, ikan lele. Kebetulan kan saya gak suka. Karena ikan lele dan ikan mujair itu kan dibesarkan , rata-rata itu kan dari kotoran, dari sampah,” ucap pria berkumis tersebut setelah menjalani sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Senin 5 Maret 2018.
7. Pendidikan Saya Lebih Baik dari Situ (Jaksa)
Dalam gelaran sidang teranyarnya, Fredrich Yunadi terlihat diprotes oleh majelis hakim karena memanggil seorang saksi dengan panggilan ‘situ’.
"Saksi ini jadi perawat puluhan tahun bukan kemarin sore fakta terjadi November UGD menolak lalu Nana ke atas. Pertanyaan misal situ tidak memberikan perintah, mohon maaf salah saya Yang Mulia," ujar Fredrich dalam persidangan lanjutan kemarin, Kamis 5 April 2018.
Hal itu juga sempat memantik emosi Fredrich dan menganggap bahwa jaksa tidak mengerti bahasa Indonesia yang baik serta mempunyai pendidikan yang rendah.
"Bahasa Indonesia saya lebih baik dari situ dan pendidikan saya lebih bagus dari situ, ngerti nggak," kata Fredrich dengan nada tinggi.
(Angkasa Yudhistira)