Somasi pun telah ditujukan kepada pengembang PT CKK pada 25 Maret 2017 lalu. Namun, lagi-lagi tak ada tanggapan apapun dari developer itu. Praktik penipuan rumah bersubsidi ini kian terkuak, setelah para konsumen lainnya berduyun-duyun datang dan kompak mencari keberadaan kantor PT CKK. Jumlah mereka pun terus bertambah setiap harinya yakni mencapai 600-an orang.
"Saya waktu mengecek ke kantor Kelurahan Gunung Sindur tentang PT CKK ini, ternyata di sana sudah banyak juga yang mengadu. Akhirnya kita buat grup (medsos), lalu kita gabung, itu saja jumlahnya ada 150-an konsumen untuk yang pesan di perumahan BBA 1, belum yang di BBA 2 dan BBS. Total itu jumlahnya sekira 600-an konsumen di grup-grup yang kita buat," beber Ary.
Sementara itu, korban penipuan lainnya bernama Ridwan Bima juga tak bisa menyembunyikan kekesalannya atas modus pengembang PT CKK yang tega memperdaya ratusan konsumen yang telah melunasi uang muka.
"Saya sudah membayar booking fee Rp3 juta dan DP Rp25 juta, itu tahun 2017 lalu. Sudah wawancara juga tahun kemarin. Tapi ke sini-sininya enggak ada kabar, marketing dan pemilik semua menghindar untuk diajak bertemu, kantornya juga tutup. Jadi, perkiraan totalnya itu uang dari 600-an konsumen yang sudah masuk sekira Rp14 miliar," terangnya.
Ridwan mensinyalir, penipuan yang dilakukan oleh PT CKK sudah direncanakan secara matang. Sebab, para konsumen yang akan membeli unit di perumahan BBA 2 dan BBS, hanya ditunjukkan lahan kosong yang diklaim PT CKK akan dibangun rumah bersubsidi bagi konsumen.
"Jadi yang sudah ada berbentuk rumah kan cuma di BBA1 saja, kalau yang BBA2 dan BBS masih lahan kosong, jadi konsumen ditunjukkan lahan itu di lokasi, waktu awal-awal semua percaya saja," sambung Ridwan.