'Cari lokasi tuh susah'
Rencana pemindahan sebagian badak Jawa ke habitat kedua sudah molor dari rencana. Seharusnya, penentuan lokasi habitat kedua dilakukan tahun 2017, sehingga tahun ini bisa dimulai proses pemindahan badak.
"Namanya perencanaan kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan, kan," ungkap kepala Taman Nasional Ujung Kulon, Mamat Rahmat. "Banyak kendala, faktor teknis-non-teknisnya, ada kendala internal, ada eksternal."
Baca juga: Hujan Abu Vulkanik di Cilegon dan Serang, BNPB: Kurangi Aktivitas di Luar Rumah
Mamat menyatakan bahwa pemerintah bersama sejumlah lembaga pelestari lingkungan telah mensurvei 10 lokasi potensial. Dari sepuluh, mereka menemukan satu wilayah yang mendekati kondisi alam Taman Nasional Ujung Kulon. "Suaka Margasatwa Cikepuh," ungkapnya.
Namun, lagi-lagi kendala muncul.
"Tapi di sana juga ada kegiatan pinjam-pakai dengan Kostrad, (untuk) latihan tempur. Nah ini juga, pengaruh dengan dentuman suara senjata dan meriam terhadap badak ini perlu kajian, kan?"
Perambahan lahan oleh manusia -yang bisa mengancam habitat badak Jawa- juga masih terjadi di sana. Ini yang membuat rencana pemindahan badak Jawa ke habitat kedua tersendat.
"Kita cari lokasi tuh susah, di pulau Jawa maupuan di luar Jawa, mencari hutan yang cukup luasannya, yang masih aman, kan susah ya," ujar Mamat. "Karena minimal lima ribu hektar, harus satu hamparan."
Baca juga: BNPB: Masa Tanggap Darurat di Pandeglang dan Lampung Selatan Bisa Diperpanjang
Memindahkan binatang, menurutnya, bukan sekadar mengangkut mereka dari satu tempat ke tempat lain. Lokasi tersebut harus sudah siap ditinggali spesies badak paling langka di dunia tersebut.
"Harus tersedia dulu makanannya, airnya, bagaimana penyakit di situ, bagaimana predatornya, bagaimana kompetitornya, bagaimana pemerintah daerahnya, bagaimana masyarakat sekitar," ungkap Mamat menjelaskan.
Widodo, yang yayasannya menjadi salah satu partner pemerintah untuk mencari habitat kedua bagi badak Jawa, melihat Sumatera sebagai lokasi potensial. Pasalnya, badak Jawa pernah hidup di Sumatera bersama spesies badak Sumatera. Meski demikian, mereka belum mensurvei titik mana yang paling sesuai untuk dijadikan tempat tinggal badak tersebut.
"Seperti di Berbak Sembilang, itu pernah ada badak di sana. Kemudian di daerah Bukit Tiga Puluh, itu juga ada kemungkinan di situ. Lalu, hutan restorasi ekosistem, hutan harapan di Jambi, itu juga menjadi kemungkinan," beber Widodo.
Yang jelas, pasca-tsunami Selat Sunda akibat longsoran Gunung Anak Krakatau, upaya pemindahan sebagian populasi badak Jawa ke habitat baru dianggap semakin genting untuk dilakukan.
Baca juga: Jalanan Rusak dan Banjir di Pandeglang Sebabkan Petugas Kesulitan Evakuasi Korban Tsunami
"Kami mungkin akan melapor ke ibu direktur dan bapak dirjen terkait dengan ancaman yang nyata ini, sehingga supaya bisa lebih cepat mengambil langkah dalam menyiapkan second habitat," kata Mamat.
Ia tak ingin nasib badak Jawa berakhir karena keterlambatan upaya penyelamatan.
"Seandainya suatu saat di Ujung Kulon kena letusan (Anak) Krakatau seperti tahun 1883, maka masih ada cadangan (badak Jawa) di tempat yang baru itu," pungkasnya.
(Fakhri Rezy)