Rovera mengatakan beberapa serangan koalisi jelas-jelas tidak pandang bulu.
"Pasukan Amerika bangga karena menggunakan lebih banyak artileri di Raqqa daripada di tempat mana pun sejak perang Vietnam. Itu tidak perlu dibanggakan karena risiko bagi warga sipil tidak bisa diterima. Dan tentang tembakan udara, tembakan itu memang tepat tetapi setiap ketepatan tembakan jelas hanya setepat kecerdasan Anda," tambahnya.
Dalam video propaganda, ISIS menggambarkan Raqqa sebagai ibu kota utopia kekhalifahannya. Amnesty mengatakan, kelompok teror itu menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, memasang ranjau pada jalur keluar dari kota itu dan menembak siapa saja yang mencoba melarikan diri.
Tetapi peneliti mengatakan pasukan koalisi juga harus mengakui tanggung jawab atas besarnya jumlah korban. Menanggapi bukti yang ada, menurut Amnesty, pasukan koalisi mengakui kematian warga sipil dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
(Rachmat Fahzry)