HONG KONG - Pemimpin Hong Kong Carrie Lam berharap aksi protes yang telah berlangsung selama sebelas minggu tersu berjalan damai tanpa ada bentrok antara pedemo dan polisi.
Sebelumnya, ratusan ribu orang melakukan unjuk rasa dengan damai di Taman Victoria, yang berlokasi di pusat Hong Kong sebagai bentuk protes terhadap pemerintah pusat China.
"Pada hari Minggu, banyak warga Hong Kong berpartisipasi dalam unjuk rasa di Victoria Park yang sebagian berjalan damai," kata Kepala Eksekutif Carrie Lam saat konferensi pers mengutip AFP, Selasa (20/8/2019).
"Saya dengan sepenuh hati berharap bahwa ini adalah awal masyarakat untuk kembali tenang dan menjauhi kekerasan."

Baca juga: Kepolisian Hong Kong: Kami Tak Perlu Bantuan Beijing
Baca juga: Militer China Berlatih Menggunakan Garpu Listrik untuk Atasi Pedemo
Protes Hong Kong dimulai menentang rancangan undang-undang ekstradisi yang bisa mengirim tersangka diadili di China. Meski RUU sudah ditunda pada Juni lalu, protes meluas meminta pencabutan penuh, penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi saat meredam demo serta menuntut Carrie Lam mundur.
Lam melaporkan sudah 174 pengaduan telah dilakukan terhadap polisi sejak protes dimulai.

Dia mengatakan bahwa mereka akan diselidiki oleh Dewan Pengaduan Polisi Independen, yang kepalanya ditunjuk oleh kepala eksekutif.
Namun, penyelidikan itu tidak mungkin memuaskan para pemrotes yang telah menyerukan penyelidikan independen oleh badan eksternal.
Pengunjuk rasa juga menuntut dibebaskannya pedemo yang telah ditahan polisi.

Lam mengatakan pemerintahnya akan melanjutkan misi pencarian fakta
Dia hanya mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa, "RUU itu sudah mati. Tidak ada rencana untuk menghidupkan kembali RUU tersebut."
Protes yang sudah berjalan panjang memicu kekhawatiran bisnis dan investasi di Hong Kong, serta industri pariwisata.
"Salah satu kekuatan terpentingnya adalah aturan hukum," kata Lam.
"Itu sebabnya kami melakukan banyak hal untuk memastikan bahwa penegakan hukum ditegakkan dan dihormati di Hong Kong."
(Rachmat Fahzry)