Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT di Kalteng, Fikri Nur Muhammad mengatakan, titik lokasi penyemaian di wilayah timur Banjarmasin, Pulang Pisau dan wilayah Sampit.
“Hasilnya ditemukan awan-awan potensial di daerah tersebut, dan diharapkan turun membahasi lahan-lahan. Kendala yang dihadapi adanya lapisan tebal asap yang mencapai 8.500 kaki yang mengakibatkan sulitnya terjadi pembentukan awan,” ujarnya.
Sementara Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT di Kalbar, Satyo Nuryanto mengatakan, timnya baru menyelesaikan persiapan teknis pada pesawat dan siap operasional TMC pada 19 September. “Peluang pertumbuhan awan diperkirakan membaik pada 20 September,” ujarnya.
Kepala Bidang Pelayanan Teknologi BBTMC-BPPT, Sutrisno menjelaskan, untuk target operasi modifikasi cuaca akan dipantau melalui radar, satelit, serta peralatan lainnya. Secara alami, keberadaan awan bisa berubah-ubah. “Berdasarkan hasil pantauan itu setiap hari kita akan tentukan target penyemaian ada di mana, tentunya wilayah yang ada awannya,” ujarnya.
Jika terdapat awan cukup banyak, lanjut Sutrisno, akan ditentukan skala prioritas dalam penanggulangan karhutla. Pertama, yaitu wilayah terdapat awan dan juga terpantau hotspot. Prioritas kedua adalah wilayah yang ada awannya dengan curah hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir relatif lebih kecil dibanding wilayah lainnya. Prioritas ketiga wilayah yang secara historis sering muncul hotspot.
Ia menjelaskan, pada prinsipnya di mana pun hujan jatuh akan bermanfaat, kalau terkena hotspot maka akan padam. Kalau mengena lahan atau tanah maka akan menjadi lembab, sehingga akan meredam munculnya hotspot baru. “Kita ketahui bahwa lahan yang lembab akan lebih susah terbakar daripada lahan kering,” kata Sutrisno.