Dalam sehari dia bersama keluarganya berhasil memproduksi tahu 10 sampai 11 kaleng besar. Tahu produksinya dijual sendiri ke Pasar Krian. Omzet yang diterima setiap hari senilai Rp1,2 juta.
"Untuk biaya produksinya seperti membeli kedelai, sampah plastik dan yang lain habis Rp900 ribu. Jadi sisa atau keuntungannya Rp300 ribu, itu masih dibagi dengan anggota keluarga lain yang ikut bekerja. Maka kalau pakai kayu bakar untungnya sedikit sekali, bahkan tekadang rugi," paparnya.
Baca Juga: Makanan dan Minuman Kedaluwarsa Ditemukan di Pasar Tradisional Kulonprogo
Akibat memakai sampah plastik sebagai bahan bakar memasak kedelai asap yang keluar dari cerobong pabrik tahu rumahan tersebut hitam pekat. Sehingga diperkirakan akan berpengaruh terhadap kesehatan udara di lingkungan sekitar.
(Arief Setyadi )