Diketahui, wilayah Subak Yeh Tangga berada jauh dari pusat desa. Untuk menuju ke pusat desa, warga setempat yang terdiri atas 22 KK harus berjalan kaki menaiki bukit sekitar 3 kilometer. Guna memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan, mereka lebih dekat ke wilayah Tejakula, Buleleng.
Menurutnya, jembatan tersebut terseret arus sungai Yeh Tangga ini bukan yang pertama. Setiap musim hujan sekitar Februari, akses jalan itu sering lenyap.
“Tinggi jembatan sekitar dua meter. Mungkin karena arusnya deras, sehingga airnya meluap dan menyeret jembatan,” ujarnya.
Pihaknya sudah sempat memohon kepada Pemkab Bangli agar dibuatkan jembatan permanen bagi warga di Yeh Tangga, namun belum direalisasikan. Sebab, kewenangan membangun jembatan di sana ada di Pemprov Bali.
(Awaludin)