CIREBON - Ratusan santri dari pesantren sewilayah tiga Cirebon, yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Dzuriah Sunan Gunung Jati, melakukan aksi penolakan terhadap penobatan Pangeran Raja Adipati (PRA) Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon berikutnya.
Rencananya, acara penobatan atau tradisi Jumenengan PRA Luqman Zulkaedin akan dilaksanakan di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, hari ini Minggu (30/8/2020). Tradisi Jumenengan sendiri dilakukan berbarengan dengan agenda tahlil 40 hari wafatnya almarhum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
Dari pantauan Okezone, ratusan santri yang menolak penobatan Pangeran Raja Adipati (PRA) Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon berikutnya, datang beramai-ramai dengan membawa kain merah putih ke alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon, sembari membacakan salawat.
Aparat kepolisian yang berada di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon, langsung bersiaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca Juga: Sultan Kasepuhan Cirebon Meninggal Dunia
Menurut Juru Bicara Forum Silaturahmi Dzuriah Sunan Gunung Jati, Ide Bagus Arief Setiawan, ratusan santri di wilayah tiga Cirebon secara tegas menolak PRA Luqman Zulkaedin sebagai sultan Keraton Kasepuhan Cirebon. Pihaknya menilai, PRA Luqman Zulkaedin tidak memiliki garis keturunan atau trah langsung dari Sunan Gunung Jati, sehingga agenda penobatan itu dianggap tidak sah.
"Kita semua tau, banyak ahli sejarah dan sumber-sumber tertulis, ada yang namanya sejarah Cirebon peteung. Itu adalah sebuag kudeta politik, yang kemudian diteruskan dari generasi ke generasi sampai sembilan sultan. Kita rasa sejarah itu harus diluruskan. Yang berhak atas Keraton Kasepuhan adalah keturunan langsung Sunan Gunung Jati," kata pria yang disapa Ibas, kepada wartawan, Minggu (30/8/2020).
Ibas menjelaskan, para kiai di Cirebon berharap agar agenda tahlilan 40 hari wafatnya almarhum Sultan Arief di Keraton Kasepuhan Cirebon, tidak dinodai dengan acara penobatan PRA Luqman Zulkaedin.
"Kita tahlil kirim doa saja. Jangan dicampur atau ditunggangi dengan agenda penobatan," ujarnya.
Pihaknya mendorong, penunjukan Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon harus mendapatkan restu dari para alim ulama dan para Dzuriyah.
"Sejauh ini banyak sekali Dzuriyah, para Kyai, para ulama yang menolak penobatan saudara Luqman Zulkaedin," tuturnya.
Sebelumnya, acara Jumenengan atau agenda pengukuhan PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, tetap dilaksanakan meski muncul penolakan dari sejumlah pihak.
Menanggapi adanyanya penolakan itu, Pangeran Chaidir Susilaningrat selaku wargi Keraton Kasepuhan Cirebon menyebutkan, kalau pihak keluarga PRA Luqman Zulkaedin sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.