Di antara mereka yang diselamatkan adalah ahli geologi Srinivas Reddy. Dia bekerja di terowongan dengan kedalaman sekitar 350 meter.
Seorang pekerja berlari ke dalam terowongan sambil berteriak agar semua orang keluar, karena air di sungai terdekat naik dengan cepat. Tapi, Reddy dan para pekerja tidak punya cukup waktu untuk melarikan diri.
"Air mengalir ke terowongan, langsung ke arah kami. Kami memegang jeruji besi yang dipasang di langit-langit terowongan dan menarik diri ke atas dan menunggu permukaan air surut."
Mereka bertahan hidup dengan bergantung di jeruji besi. Setelah beberapa saat, ketika melihat permukaan air telah berhenti naik, mereka berjalan menuju pintu masuk.
Mereka bergerak dalam kegelapan total, karena banjir puing dan air telah memutus aliran listrik ke terowongan. Beberapa pekerja yang terperangkap merasa sesak nafas.
"Kami berada di air yang dingin. Kaki kami membeku. Air dan puing-puing memenuhi sepatu bot kami, yang membebani kami. Kaki kami mulai bengkak," kata Reddy.
Untuk menjaga semangat tetap tinggi, dia mengaku mulai bernyanyi saat mereka menunggu dalam gelap.
"Saya mulai bernyanyi dan mulai melafalkan puisi untuk membuat semua orang terhibur. Sesekali, kami semua melakukan beberapa latihan," katanya. "Saya ingin semua orang tetap aktif dan waspada sehingga kami bisa keluar dari terowongan."
Para pekerja terus berusaha menghubungi tim penyelamat di luar terowongan, tetapi tidak bisa mendapat sinyal seluler. Akhirnya, mereka berhasil mendapatkan panggilan dan ditarik ke tempat aman.