Revitalisasi Seni Tradisi
Apa yang terjadi menujukkan bahwa secara pelan namun pasti masyarakat Indonesia sedang meluncur pada kondisi ”kebangkrutan budaya” ditandai dengan terjadinya proses ”defisit seni dan tradisi” secara terus menerus. Ini sangat berbahaya. Kebudayaan adalah cermin eksistensi, kreasi dan martabat suatu bangsa.
Hilangnya kebudayaan sama artinya dengan hilangnya eksistensi dan jati diri. Oleh karenanya proses ini harus dicegah dan dihentikan. Artinya revitalisasi budaya dan seni/tradisi mutlak diperlukan.
Upaya revitalisasi seni tradisi ini menuntut perhatian semua pihak. Dalam hal ini, pemerintah harus memberikan akses dan perlindungan kepada kelompok seni tradisi untuk tampil dan mengembanagkan kreatifitas melalui berbagai kebijakan dan kesempatan.
Misalnya memberikan kesempatan tampil pada setiap event pemerintah, subsidi pementasan, kemudahan izin pertunjukan, penghapusan retribusi dan pengutan pertunjukan. Sebenarnya para pekerja seni tradisi tidak banyak menuntut. Terbukti, tanpa fasilitas dan perlindungan yang memadai mereka bisa bertahan. Jika mereka dibukakan akses dan diberi sedikit perlindungan maka pertumbuhana dan kreatifitas mereka akan semakin berkembang.
Apa yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Dorektorat Kebudayaan yang berusaha menggali dan merevitalisasi seni tradisi melalui program kerjasama dengan berbagai komunitas seni tradisi dan lembaga kebudayaan Makara Art Center UI merupakan langkah yanag tepat dan strategis.
Namun demikian hal ini belum cukup. Masih perlu dukungan dari pemangku pentingan lainnya, terutama Pemerintah Daerah, pengusaha dan akademisi/intelekrual untuk mendukung langkah ini.
Kedua, perlu ada perlindungan legitimasi dari kaum agamawan untuk menghilangkan stigma negatif seni tradisi. Dalam hal ini kita bisa mencontoh apa yang dilakukan Almarhum Kyai Chudlori, pengasuh pesantren Tegalrejo, Magelang. Konon suatu hari ada orang menghadap untuk meminta petunjuk pembangunan masjid.
Kemudian Kyai Chudlori tanya, apakah di desa tersebut sudah punya gamelan? Orang tersebut menjawab belum. Kemudian Kyai Chudlori menyarankan agar orang tersebut membuat gamelan terlebih dahulu sebelum membangun masjid. ”Dengan gamelan itu, masyarakat akan semangat membangun masjid”, demikian kata Kyai Chudlori.