BANDUNG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggandeng Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Hal ini bertujuan untuk intensifikasi data sharing dan kajian bersama untuk memperkuat Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).
(Baca juga: Suhu di Indonesia Semakin Panas, Ini Penjelasan BMKG)
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan tujuan utama dari agenda kerja sama ini yaitu melengkapi data agar sistem peringatan dini tsunami bisa beroperasi lebih handal, secara lebih cepat, tepat dan akurat.
"Targetnya adalah untuk mengintegrasikan data kegempaan akibat aktivitas gunung api yang selama ini dimonitor oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di Badan Geologi, di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),” ujar Dwikorita, Minggu (17/10/2021).
(Baca juga: Update Gempa Bali: 704 Rumah dan 111 Pura di Karangasem Rusak)
“Sehingga kemungkinan terjadinya tsunami yang dibangkitan oleh erupsi gunung api laut (tsunami non tektonik) dapat terdeteksi dini,” sambungnya.
Dia juga menyampaikan perlunya suatu Joint Standard Operasional Prosedure ( Joint SOP ) antara Pusat Gempabumi dan Tsunami di BMKG dengan PVMBG di Badan Geologi, agar Sistem Peringatan Dini Tsunami Non Tektonik akibat erupsi gunung api laut dapat terwujud, meskipun masih ada keterbatasan sensor-sensor monitoring aktivitas gunung api laut secara digital dan otomatis.
"Kita bisa buat SOP bersama, jadi meskipun belum terpasang alat monitoring digital real time pada gunung api laut yang dimonitor PVMBG Badan Geologi yang dapat langsung diintegrasikan secara otomatis dan real time ke Sistem Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS) di BMKG, infomasi dari Pos Pengamatan Gunungapi tetap dapat masuk ke media komunikasi InaTEWS secara semi manual" bebernya.
Menurutnya, SOP bersama ini mendesak untuk diterapkan karena belajar dari peristiwa tsunami Selat Sunda pada Desember 2018, yang tidak dapat terdeteksi akibat tidak masuknya data/informasi aktivitas kegempaan vulkanik ke InaTEWS . Selain kerja sama, Dwikorita juga mengajak Badan Geologi untuk bergabung dalam The International Consortium on Landslides. Organisasi nirlaba dan non-pemerintah ini rencananya akan menggelar pertamuan di Kyoto pada awal November 2021 yang juga akan membahas upaya kerjasama dalam Studi Tsunami Non Tektonik akibat longsor atau erupsi gunung api laut.
Sementara itu, Kepala Pusat Seismologi, Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono menambahkan, SOP Bersama BMKG dan Badan Geologi penting untuk melengkapi peringatan dini tsunami.
"Karena warning tsunami ada di BMKG, dan pengamatan gunung bawah laut ada di Badan Geologi," ucap dia.