JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa bumi yang dangkal hingga efek tanah yang lunak akibat endapan lahar menjadi penyebab banyak bangunan alami kerusakan parah saat gempa mengguncang Bali.
“Ini karena kedalamannya sangat dangkal, kemudian bangunan yang ada di sekitar pusat gempa itu tidak standar ditambah efek tanah lunak karena endapan lahar di daerah gunung,” kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam Konferensi Pers Update Situasi dan Penanganan Gempa Karangasem Provinsi Bali yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (22/10/2021).
Dia menjelaskan tiga hal tersebut mampu mengamplifikasi guncangan pada gempa ditambah efek topografi labil sehingga dapat menyebabkan banyak rumah warga yang mengalami kerusakan, bahkan retak.
Gempa bumi itu, kata dia, tidak hanya berdampak pada kerusakan bangunan seperti rumah warga, tetapi juga memicu terjadinya collateral hazard (dampak ikutan), seperti longsor dan runtuhan batu.
Baca juga: Update Gempa Bali: 3 Orang Meninggal dan 2.414 Bangunan Rusak
Dia menuturkan kondisi lereng di daerah perbukitan pascagempa, patut diwaspadai karena menyebabkan kondisi tanah menjadi tidak stabil, khususnya saat terjadinya hujan deras.
Dia menyarankan masyarakat tidak menempati kembali rumah yang miring atau rusak di area itu karena terdapat kemungkinan adanya gempa susulan sewaktu-waktu.
Baca juga: Update Gempa Bali, Ratusan Warga Masih Mengungsi
“Sebaiknya rumah-rumah yang sudah rusak, sudah miring, itu tidak ditempati dulu sampai dilakukan penguatan baru bisa ditempati. Ini berbahaya,” kata dia.