Allah berfirman dalam QS Yusuf ayat 111, yang artinya:
"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman".
Sosok Ulul Albab adalah sosok pembelajar sejati karena terus berpikir dan berpikir, sehingga mengakumulasi ilmu yang didapatkan untuk diamalkan. Itulah mengapa Allah meningkatkan derajat orang-orang yang berilmu. Tidak lain karena orang-orang yang berilmu inilah yang diharapkan bisa terus menebar rahmat di muka bumi. Orang-orang
yang berilmu lah yang bisa merancang arah perubahan sosial. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah: 11).
Namun yang membedakan antara Ulul Albab dengan pembelajar biasa adalah keseimbangannya pada pikir dan zikir. Intensitas zikir tersebut membuat seorang Ulul Albab menyadari bahwa ilmunya sangat terbatas ibarat setetes air di antara lautan samudera. Sikap rendah hati inilah yang akan terus mendorong Ulul Albab untuk belajar
dan belajar, serta berpikir-berpikir.
Sikap rendah hati ini adalah buah dari kesadaran penuh bahwa ilmu Allah maha luas, dan kesadaran ini tertanam sebagai hasil dari proses zikir yang berkualitas.
Kemahaluasan ilmu Allah tersebut tertulis dalam QS At-Talaq ayat 12 bahwa “ Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu”.
Sosok Ulul Albab yang pembelajar ini semakin diharapkan perannya dalam transformasi bangsa. Oleh karena itu di era yang serba cepat ini, maka sosok ulul albab juga harus dimaknai sebagai sosok yang adaptif dengan pola pikir tumbuh (growth mindset), yang terus memacu skill dan kompetensi baru dengan learning agility yang tinggi.
Kemampuan kecepatan belajar ini sangat penting agar bisa berperan menjadi trend setter perubahan. Kedua, orientasi pada masa depan. Ada dua dimensi masa depan, yaitu masa depan di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman dalam Alquran surat Al-Hasyr ayat 18, yang
artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini merupakan fondasi tentang visi masa depan. Visi besar seorang mukmin adalah menjadi hamba yang berbahagia di dunia dan akhirat. Hal ini karena kesadaran bahwa akhirat lebih abadi dari pada dunia. Namun, untuk menuju akhirat kita juga harus lewati jembatan dunia. Marilah kita cermati ayat-ayat berikut ini:
Artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyaknya supaya kamu beruntung." (QS Al-Jumu’ah: 10).
Artinya: "..Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada
Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan." (QS Al-Ankabut: 17). Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS AlQasas: 77)
QS Al-Qasas ayat 77 di atas turun untuk mengingatkan kisah Qarun yang berlimpah harta namun akhirnya binasa.