Negara ini berada di tengah-tengah salah satu krisis ekonomi paling parah di dunia di zaman modern - dan dampaknya semakin terasa ketika biaya hidup melonjak dan ada kekurangan gandum dan obat-obatan.
Di luar cabang, pengunjuk rasa meneriakkan: "Turunkan aturan bank".
"Insiden serupa terus terjadi," kata George al-Hajj, yang mengepalai serikat pekerja bank Lebanon, kepada AFP. Dalam insiden terpisah pada Januari, seorang nasabah yang marah menyandera puluhan sandera di sebuah bank di lembah Bekaa, menuntut agar uangnya bisa diambil dalam dolar Amerika Serikat (AS).
"Para deposan menginginkan uang mereka, dan sayangnya kemarahan mereka meledak di hadapan karyawan bank karena mereka tidak dapat mencapai manajemen," tambahnya.
Mata uang lokal Lebanon telah kehilangan lebih dari 90% nilainya sejak awal krisis, dan PBB mengatakan empat perlima penduduknya hidup dalam kemiskinan.
(Rahman Asmardika)