“Kemarin, saya bersama ayah saya yang sakit, berdiri di sudut kota selama tiga jam. Tetapi tim penyelamat tidak membantu dan memberikan apa pun. Tidak ada seorang pun dari pemerintah yang datang untuk membantu kami,” lanjutnya.
Seorang pria lainnya, Khadim Hussain mengatakan pemerintah hanya menggangap penduduk yang terkena musibah sebagai serangga. Banyak penduduk yang diabaikan, mereka kehilangan semua barang-barangnya, tidak ada makanan, obat-obatan dan bantuan dari pemerintah.
“Kalian menganggap kami sebagai serangga. Kami terdampar di sini. Kami kehilangan semua barang-barang kami. Kami membutuhkan makanan, obat-obatan dan bantuan,” katanya.
Sementara itu, sambil memeluk putranya yang sakit, Ghulam e Kubra seorang penduduk tunawisma korban banjir mengatakan tidak ada yang tersisa untuk dia dan anak-anaknya.
“Tidak ada apa-apa untuk saya. Tetapi, anak-anak jatuh sakit dan kami tidak berdaya. Kami tidak memiliki air minum yang bersih, makanan dan obat-obatan. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan dengan hidup kami,” ujarnya.
Di sisi lain, pemerintah dan LSM lainnya hanya berhasil menjangkau 10 persen dari orang-orang yang terkena dampak karena banyak kota yang tidak dapat diakses sebab terendam banjir. Jadi, masih banyak wilayah yang membutuhkan bantuan dari pihak berwenang untuk bertahan hidup akibat bencana banjir yang menimpa mereka.
(Susi Susanti)