TURKI - Presiden Turki Presiden Recep Tayyip Erdogan mengakui "kekurangan" dalam tanggapan pemerintah terhadap gempa dahsyat M7,8 yang mengguncang Turki hingga Suriah. Namun dia menegaskan cuaca telah menghambat operasi pencarian dan penyelamatan.
Hal ini diungkapkan Erdogan saat mengunjungi korban gempa di Turki tenggara pada Rabu (8/2/2023). Dalam kunjungannya itu, dia berjanji untuk menghilangkan semua puing dan membangun kembali rumah dalam waktu satu tahun di 10 provinsi di negaranya yang paling terkena dampak gempa mematikan.
Korban selamat di provinsi Hatay mengatakan pihak berwenang dan tim penyelamat datang terlambat untuk menyelamatkan orang yang mereka cintai. Upaya penyelamatan, yang diperumit oleh penghancuran landasan pacu bandara Hatay, dilakukan pada Selasa (7/2/2023).
BACA JUGA: Korban Gempa Dahsyat Turki hingga Suriah Terus Bertambah Capai 12.000 Orang
Keluarga di beberapa daerah yang terkena dampak parah mengatakan lambatnya upaya penyelamatan berarti mereka tidak memiliki bantuan untuk menggali untuk menemukan kerabat.
Erdogan membela tanggapan tersebut, dengan pihaknya tidak mungkin untuk bersiap menghadapi bencana sebesar itu. Namun dia menjelaskan pemerintahnya tidak akan membiarkan warga Turki tidak diperhatikan.
Erdogan mengakui ada kesulitan dengan respons awal, tetapi menyalahkan penundaan bantuan karena kerusakan jalan dan bandara.
Erdogan juga mengritik "orang-orang tidak terhormat" yang menyebarkan "kebohongan dan fitnah" tanpa memberikan kesaksian tentang upaya penyelamatan petugas polisi dan tentara.
Seperti diketahui, korban meninggal akibat gempa besar magnitudo 7,8 yang melanda Turki dan Suriah terus bertambah hingga 12.000 orang, saat tim penyelamat berlomba untuk menyelamatkan korban yang terjebak di bawah puing-puing dalam cuaca yang membekukan.
Para pejabat dan petugas medis mengatakan 9.057 orang tewas di Turki dan 2.992 di Suriah akibat gempa berkekuatan 7,8 pada Senin (6/2/2023), sehingga totalnya menjadi 12.049.
(Susi Susanti)