Pertempuran besar pun tak terelakkan. Tanggal 10 pagi Kota Surabaya dihantam dari udara, laut dan darat. Perlawanan sengit dilancarkan. Pihak Inggris pun sempat kewalahan dan menyebut Surabaya sebagai “Inferno”, atau kota neraka.
Pun begitu, Gubernur Soerjo serta elemen militer republik lainnya mesti menyingkir ke luar Kota Surabaya setelah pertempuran yang berlarut-larut. Gubernur Soerjo kemudian mendirikan pemerintahan darurat di Mojokerto.
Gubernur Soerjo sendiri digantikan pada 1947 lantaran diangkat pemerintahan pusat sebagai wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan setahun kemudian, 10 September 1948, Soerjo ditemukan tak bernyawa di sebuah hutan di Ngawi yang belakangan diketahui, Soerjo jadi korban PKI Madiun.
Soerjo kemudian dikebumikan di Makam Sasono Mulyo, Magetan. Selain dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 1964, sosok Gubernur Soerjo diabadikan menjadi nama jalan di Kota Surabaya, nama perguruan tinggi; Universitas Suryo di Ngawi, serta tiga monumen di Surabaya, Magetan dan Ngawi.
(Awaludin)