JAKARTA - Resimen Tjakrabirawa, satuan militer yang melekat dalam ingatan ketika berbicara soal pemberontakan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia G30S/PKI. Dalam sejarahnya, mereka disebut sebagai pasukan yang disusupi hingga terlibat dalam penculikan dan pembunuhan enam Jenderal TNI Angkatan Darat.
Dirangkum dari berbagai sumber, Resimen Tjakrabirawa merupakan cikal bakal Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Resimen ini gabungan dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI pada zaman pemerintahan Soekarno.
Pada saat itu, Brigadir Jenderal Moh. Sabur bertindak sebagai Komandan Resimen Cakrabirawa. Pembentukan Resimen Tjakrabirawa dilatarbelakangi beberapa percobaan pembunuhan yang dilakukan beberapa oknum terhadap Presiden Soekarno.
Jenderal A.H Nasution yang ketika itu menjabat Panglima TNI mengusulkan dibentuknya pasukan khusus pengawal presiden untuk melindungi sang kepala negara RI. Presiden Soekarno pun menyetujui pembentukan pasukan pengawal dengan nama Resimen Tjakrabirawa (Cakrabirawa) pada 1962.
Nama Resimen Tjakrabirawa diambil dari nama senjata pamungkas milik salah satu tokoh pewayangan, Batara Kresna. Mereka direkrut dari bekas pasukan Raider Angkatan Darat, Korps Komando (KKO) Angkatan Laut, Pasukan Gerak Tjepat (PGT) Angkatan Udara, dan Brigade Mobil diberi nama Batalyon KK (Kawal Kehomatan), dengan nomor urut I sampai IV.
Dalam dunia pewayangan, Cakrabirawa merupakan senjata pamungkas milik Prabu Kresna yang jika dilepaskan bisa menyebabkan malapetaka yang dahsyat bagi musuhnya.