Soekarno dalam otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, mengungkapkan, bahwa pasukan Cakrabirawa berkekuatan 3.000 personel yang berasal dari keempat Angkatan Bersenjata. Setiap anggota Cakrabirawa berasal dari pasukan yang andal. Umumnya mereka berlatar belakang pejuang gerilya yang menonjol.
Batalyon I dan II bertugas di Jakarta dan Batalyon III dan IV menjaga Istana Bogor., Cipanas (Cianjur), Yogyakarta, dan Tampaksiring (Bali). Lantaran penugasan tersebut, Markas Batalyon I KK berada di Jalan Tanah Abang (kini Markas Paspampres) dan Batalyon II menempati asrama Kwini (sekarang ditempati Marinir angkatan Laut).
Batalyon I KK berasal dari satu batalyon Angkatan Darat dipimpin oleh Mayor Eli Ebram. Pada peristiwa G30S/PKI, pasukan elit ini disebut-sebut sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan ketujuh jenderal yang ternyata hanya enam jenderal TNI AD setelah Jenderal A.H Nasution berhasil meloloskan diri.
Tidak semua anggota resimen terlibat dalam tindakan keji tersebut, hanya beberapa orang saja. Namun, tetap saja mencoreng nama Resimen Tjackrabirawa.
Mereka yang terbukti terlibat dalam peristiwa itu dijatuhi hukuman mati, termasuk Letnan Kolonel Untung yang memimpin penangkapan dan pembunuhan tersebut para jenderal. Pada zaman pemerintahan Suharto, resimen ini dibubarkan dan anggotanya dipulangkan. Namun, kemudian dibentuk kembali dan diubah namanya menjadi Paspampres.
Berikut nama-nama anggota Resimen Tjakrabirawa:
- Brigadir Jendral TNI. Sabur - Komandan Resimen Tjakrabirawa.
- Kolonel Maulwi Saelan - Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa.
- Letnan Kolonel Untung bin Syamsuri - Komandan Batalyon I Tjakrabirawa - Komandan Gerakan 30 September/G30S.
- Letnan Kolonel Ali Ebram - Staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa.