“Bagian yang berbahaya adalah mencapai perbatasan. Dan yang berbahaya lagi adalah pulang dari perbatasan,” katanya.
“Setiap kali kami pergi ke sana, kami menderita. Sepanjang hari di bawah sinar matahari dan roket terbang di atas kepala kami,” ujarnya.
“Saya tidak ingin pergi kecuali kita tahu pasti bahwa perbatasannya terbuka,” terangnya.
Berbicara pada Senin (23/10/2023), istri Abuaassi, Stephanie, menceritakan soal tidak ada tempat yang aman.
Kini sudah hampir tiga minggu sejak Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, yang menewaskan 1.400 orang.
Israel membalas dengan pengeboman hebat yang menurut kementerian kesehatan Hamas telah menewaskan lebih dari 5.800 orang.
"Kami tidak bisa keluar. Kami tinggal di sini di sebuah flat dengan dua kamar tidur yang dihuni sekitar 50 orang," ujarnya.
“Situasinya benar-benar buruk. Kami kesulitan mendapatkan makanan, kami kesulitan mendapatkan air, kami kesulitan mendapatkan segalanya,” lanjutnya.