GAZA – Dalam kondisi sempit di tenda darurat dekat kota Khan Younis di Gaza selatan, Nariman menggendong bayi perempuannya. Gadis berusia 23 hari itu masih sangat muda dan seluruh keluarganya sakit.
“Saya tidak punya cukup uang untuk membeli obat untuk putri saya meskipun dia membutuhkan bantuan medis untuk membantunya bernapas”, kata ibu muda tersebut, yang terbungkus dalam dinginnya musim dingin yang mendekat.
“Suami saya sakit parah dan putra kecil saya juga memerlukan perawatan di rumah sakit kemarin,” lanjutnya.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) , António Guterres, mengatakan bahwa Gaza berada di tengah-tengah bencana kemanusiaan yang besar dan bahwa dunia tidak boleh berpaling.
Bahkan jika jeda permusuhan saat ini diperpanjang beberapa hari, Israel telah menegaskan bahwa serangan militer akan segera dilanjutkan, menargetkan sisa-sisa kemampuan Hamas di Gaza.
Lembaga-lembaga bantuan mengatakan hal ini akan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan, khususnya di sekitar Khan Younis, tempat ribuan orang mencari perlindungan dari pertempuran di wilayah utara.
Gencatan senjata yang rapuh selama enam hari terakhir telah memungkinkan PBB dan negara-negara lain untuk menilai kerusakan apa yang telah terjadi akibat pemboman selama tujuh minggu dan apa kebutuhan mendesak yang dimiliki masyarakat saat ini.
“Kami tidak bisa mendapatkan cukup bantuan melalui penyeberangan Rafah saat ini karena musim dingin sudah dekat,” kata Thomas White, direktur urusan di Gaza untuk Badan Pengungsi Palestina PBB, dikutip BBC.