NEW YORK – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih pada Selasa (12/12/2023) karena diskusi mengenai kesepakatan bantuan Ukraina masih terhenti di Kongres.
Kunjungan tersebut, yang diumumkan Gedung Putih pada Minggu (10/12/2023), adalah kunjungan ketiga Zelensky ke Washington sejak perang di Ukraina dimulai. Dia terakhir berkunjung pada September lalu.
Kedatangan Zelensky terjadi pada saat kritis dalam perundingan kongres mengenai bantuan darurat ke Ukraina. Kongres nampaknya belum mencapai kesepakatan yang menghubungkan perubahan kebijakan imigrasi dan perbatasan dengan paket bantuan darurat yang akan menyediakan dana untuk Ukraina dan Israel sebelum anggota parlemen meninggalkan kota tersebut untuk berlibur.
Presiden Ukraina juga diundang untuk berbicara pada pertemuan seluruh senator pada Selasa (12/12/2023) pagi oleh Pemimpin Mayoritas Chuck Schumer dan Pemimpin Partai Republik Mitch McConnell. Ketua DPR Mike Johnson juga akan bertemu dengan Zelensky.
Sekretaris pers Karine Jean-Pierre dalam sebuah pernyataan mengatakan pertemuan di Gedung Putih ini dimaksudkan untuk menggarisbawahi komitmen Amerika Serikat yang tak tergoyahkan dalam mendukung rakyat Ukraina dalam membela diri melawan invasi brutal Rusia.
“Ketika Rusia meningkatkan serangan rudal dan drone terhadap Ukraina, para pemimpin akan membahas kebutuhan mendesak Ukraina dan pentingnya dukungan berkelanjutan Amerika Serikat pada saat kritis ini,” katanya.
Sementara itu, kantor kepresidenan Ukraina dalam sebuah pernyataan pada Minggu (10/12/2023) mengatakan kdua pemimpin negara ini akan membahas kerja sama pertahanan lebih lanjut dalam serangkaian pertemuan pada Selasa (12/12/2023).
“Zelensky akan fokus pada menjamin persatuan antara AS, Eropa, dan seluruh dunia dalam mendukung pertahanan Ukraina melawan Rusia dan memperkuat tatanan internasional berdasarkan aturan dan penghormatan terhadap kedaulatan negara,” bunyi pernyataan itu.
Zelensky dan Biden juga akan membahas upaya kerja sama pertahanan untuk tahun mendatang, termasuk proyek bersama untuk memproduksi senjata dan sistem pertahanan udara.
Jika Kongres meninggalkan kota untuk berlibur tanpa mencapai kesepakatan, Gedung Putih harus membuat pilihan sulit dalam memasok sekutu seperti Ukraina dengan potensi mengorbankan kesiapan militer AS. Pejabat tinggi pemerintahan Biden telah memperingatkan selama berminggu-minggu mengenai kehabisan dana untuk Ukraina dan potensi konsekuensinya.
Paket bantuan senilai USD106 miliar yang diusulkan pemerintah mencakup sekitar USD60 miliar bantuan untuk pertahanan Ukraina melawan Rusia, dan sisanya untuk perang Israel dengan Hamas, keamanan di Taiwan, dan pendanaan untuk operasi di perbatasan AS-Meksiko.
Namun para petinggi Partai Republik, yang khawatir akan menambah dana sebesar USD111 miliar yang telah dikirim AS ke Ukraina, telah meminta agar pendanaan lebih lanjut dikaitkan dengan perubahan kebijakan besar terkait imigrasi.
“Sejarah akan menilai dengan keras mereka yang mengabaikan perjuangan kebebasan,” kata pada Biden awal bulan ini.
“Kita tidak bisa membiarkan Putin menang,” lanjutnya.
Biden mengatakan ia bersedia melakukan kompromi signifikan di perbatasan, dan mengakui bahwa sistem imigrasi di negaranya ‘rusak’. Namun dia menambahkan bahwa kebutuhan Ukraina terlalu penting untuk ditunggu. Dia menyebut “anggota Partai Republik yang ekstrim” ketika para perunding masih menemui jalan buntu mengenai masalah keamanan perbatasan, dan mengatakan bahwa para anggota Partai Republik tersebut “bermain-main dengan keamanan nasional kita.”
“Sejujurnya, menurut saya sungguh menakjubkan kita sampai pada titik ini. Pasukan Rusia melakukan kejahatan perang – sesederhana itu. Ini menakjubkan,” kata Biden.
Ukraina mengatakan pada Sabtu (9/12/2023) bahwa Rusia melancarkan hampir 100 serangan udara di seluruh negeri dalam waktu 24 jam, ketika ibu negaranya memperingatkan bahwa Ukraina berada dalam “bahaya mematikan” tanpa bantuan militer Barat.
“Kami benar-benar membutuhkan bantuan,” kata ibu negara Ukraina Olena Zelenska, baru-baru ini kepada BBC mengenai dukungannya kepada Ukraina.
“Sederhananya, kita tidak boleh bosan dengan situasi ini, karena jika kita bosan, kita akan mati,” lanjutnya.
“Dan jika dunia lelah, mereka akan membiarkan kita mati begitu saja,” tambahnya.
(Susi Susanti)