NEW YORK - Kepala Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Martin Griffiths mengatakan pada Jumat (5/1/2024) bahwa tiga bulan setelah perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, wilayah tersebut menjadi tidak dapat dihuni dan para pekerja bantuan dihadapkan pada “misi mustahil” untuk membantu lebih dari 2 juta orang.
“Perang ini seharusnya tidak pernah dimulai. Namun perang ini sudah lama berlalu,” kata Griffiths dalam sebuah pernyataan mengenai konflik yang telah berlangsung selama tiga bulan.
“Kami terus menuntut diakhirinya perang, tidak hanya bagi masyarakat Gaza dan negara-negara tetangganya yang terancam, namun juga bagi generasi mendatang yang tidak akan pernah melupakan 90 hari neraka dan serangan terhadap prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.,” lanjutnya.
“Sudah waktunya bagi para pihak untuk memenuhi seluruh kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, termasuk melindungi warga sipil dan memenuhi kebutuhan penting mereka, dan segera membebaskan semua sandera,” lanjutnya.
Dia mengatakan lembaga kemanusiaan bekerja dalam kondisi yang menantang dan berbahaya.
“Komunitas kemanusiaan dihadapkan pada misi mustahil untuk membantu lebih dari 2 juta orang, bahkan ketika staf mereka sendiri terbunuh dan terpaksa mengungsi, karena pemadaman komunikasi terus berlanjut, jalan-jalan rusak dan konvoi ditembaki, dan pasokan komersial sangat penting. untuk bertahan hidup hampir tidak ada,” ujarnya.
Seperti diketahuim perang yang dipicu oleh serangan teror Hamas pada tanggal 7 Oktober di Israel ini telah menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 240 orang lainnya disandera. Perang ini juga telah menyebabkan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, di mana Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 22.000 warga Palestina telah menjadi korban. terbunuh dan hampir 60.000 orang terluka. Hamas adalah organisasi teror yang ditunjuk oleh AS. PBB mengatakan 1,9 juta orang lainnya terpaksa mengungsi.